Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memaparkan kondisi kinerja APBN hingga akhir Mei 2022. Penerimaan negara naik tajam dan berhasil terkumpul Rp1.070,4 triliun atau tumbuh 47,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
Realisasi ini juga sudah mencapai 58 persen dari target penerimaan sebesar Rp1.846,1 triliun di APBN 2022.
"Kenaikan harga komoditas, pertumbuhan ekonomi dari konsumsi, ekspor, semuanya memberikan kontribusi kepada penerimaan," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (23/6).
Lihat Juga : |
Adapun penerimaan negara ini terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp705,8 triliun atau tumbuh 53,6 persen, penerimaan kepabeanan dan cukai Rp140,3 triliun atau tumbuh 41,3 persen serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp224,1 triliun atau tumbuh 33,7 persen.
Sementara itu, belanja negara justru turun 0,8 persen atau terealisasi Rp938,2 triliun hingga akhir bulan lalu. Penurunan belanja negara didorong oleh melandainya kasus covid-19 yang sebelumnya memakan porsi besar dari pengeluaran pemerintah.
Belanja negara ini terdiri dari belanja pemerintah pusat yang terealisasi Rp653,9 triliun serta transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp284,3 triliun.
Secara rinci, belanja pemerintah pusat terdiri dari belanja kementerian/lembaga (K/L) sebesar Rp319,2 triliun dan belanja non K/L sebesar Rp334,7 triliun.
Lihat Juga : |
"Belanja K/L didominasi oleh belanja pegawai yang naik 4,7 persen dan untuk gaji dan tunjangan naik 1,7 persen. Ini menunjukkan kenaikan dari belanja pegawai karena ada THR" jelasnya.
Dengan kondisi penerimaan yang lebih besar dari belanja ini maka terjadi surplus sebesar Rp132,2 triliun atau 0,74 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ini melanjutkan surplus berturut-turut sejak Januari 2022 lalu.
"Bandingkan tahun lalu kita defisit Rp219,2 triliun, sekarang sampai Mei kita masih positif Rp132 triliun. Lagi-lagi ini pembalikan yang luar biasa dari kondisi fiskal kita," pungkasnya.