Dunia Makin Suram, Harga Minyak Mentah Ambles 1%!

Market - Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
30 September 2022 07:35
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia ditutup melemah pada perdagangan yang volatil. Sempat naik di atas US$90 per barel, kemudian turun ke level US$80 per barel, tertekan oleh suramnya dunia akibat prospek ekonomi yang semakin buruk.

Pada Kamis (29/9/2022) minyak Brent ditutup turun 0,93% dibandingkan posisi sebelumnya ke US$88,49 per barel. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate turun 1,12% ke US$81,23 per barel.

Harga minyak mentah dunia melejit dalam dua hari perdagangan terakhir karena OPEC+ telah memulai diskusi tentang pengurangan produksi minyak mentah pada pertemuan berikutnya pada 5 Oktober, kata tiga narasumber seperti dikutip Reuters.

Satu sumber OPEC mengatakan kepada Reuters bahwa pemotongan "mungkin", sementara dua sumber OPEC+ lainnya mengatakan anggota kunci telah berbicara tentang topik tersebut.

Rusia kemungkinan akan mengusulkan agar OPEC+ mengurangi produksi minyak sekitar 1 juta barel per hari (bph).

"Di tengah begitu banyak ketidakpastian, perdagangan jungkat-jungkit mungkin biasa terjadi selama minggu depan, kecuali kita mendapatkan kejelasan lebih lanjut dari sumber OPEC+ tentang kemungkinan ukuran penyesuaian dan apa artinya kuota yang terlewatkan sebelumnya," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.

Akan tetapi, pasar minyak masih terus dibayangi kenaikan suku bunga acuan yang meningkatkan risiko resesi global. Jika resesi terjadi, permintaan minyak dunia akan susut, harga pun akan mengikuti.

Sebuah lembaga riset di Amerika Serikat (AS) bernama Ned Davis Research, membuat model perhitungan kemungkinan terjadinya resesi global di 2023. Hasilnya mencengangkan, kemungkinan terjadinya resesi global di 2023 mencapai 98,1%.

"Saat ini, pasar minyak tertatih-tatih antara kehancuran permintaan yang diinduksi Fed dan pasokan minyak yang ketat," kata Ryan Dusek, direktur di Grup Penasihat Risiko Komoditas di Opportunne LLP.

Harga minyak dunia yang melemah juga tertekan karena Badai Ian surut dengan produksi minyak AS diperkirakan akan kembali dalam beberapa hari mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Artikel Selanjutnya

Minyak Dunia Turun 1% Lebih, Kapan BBM Turun Harga?


(ras/ras)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading