Lama "Teraniaya", Awas Dolar AS Bangkit & Gebuk Rupiah

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 February 2023 08:30
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat cukup tajam 0,63% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.875/US$ Kamis kemarin, hingga menyentuh level terkuat sejak September 2022. Dengan posisi tersebut, ada risiko koreksi pada perdagangan Jumat (3/2/2023).

Apalagi, rupiah sepanjang tahun ini sudah menguat 4,4%, nyaris membalikkan separuh pelemahan sepanjang tahun lalu. Hal ini tentunya memicu aksi profit taking akhir pekan, sebelum rilis data tenaga kerja AS malam nanti, yang bisa memberikan gambaran suku bunga The Fed (bank sentral AS) ke depannya.

Di sisi lain, indeks dolar AS yang sudah lama "teraniaya", pada perdagangan Kamis kemarin sukses rebound 0,5% dari level terendah sejak April 2022.


Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. Rupiah masih jauh di bawah Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Penguatan rupiah sebelumnya terakselerasi setelah menembus Rp 15.450/US$, yang merupakan Fib. Retracement 38,2%.

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR sukses kembali ke bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 dan 200 yang tentunya memberikan peluang penguatan lebih lanjut.

Namun, beberapa indikator juga menunjukkan risiko koreksi rupiah.

Indikator Stochastic pada grafik harian mulai bergerak turun masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang mencapai jenuh jual tentunya memperbesar risiko koreksi.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Selain itu, penguatan tajam pada perdagangan Kamis (12/1/2023) hingga Selasa (24/1/2023) lalu membuat rupiah berkali-kali membentuk gap, atau posisi pembukaan perdagangan yang jauh lebih rendah dari penutupan hari sebelumnya.

Gap besar juga terjadi Kamis (2/2/2023) kemarin, sehingga risiko koreksi cukup besar. Secara teknikal, pasar biasanya akan menutup gap tersebut, yang artinya risiko koreksi bertambah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.840/US$ - Rp 14.830/US$, selama tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.900/US$ - Rp 14.930/US$.

Sementara jika support tersebut ditembus dengan konsisten, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.800/US$.

CNBC INDONESIA RESEARCH


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Terima Kasih Pak Jokowi, Rupiah Tembus ke Bawah Rp 15.300/US$


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading