Breaking News

BI Bikin Shock! Suku Bunga Acuan Naik 50 Bps Jadi 4,25%

Market - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
22 September 2022 14:24
Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan September 2022. (Tangkapan layar Youtube BI) Foto: Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan September 2022. (Tangkapan layar Youtube BI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25%, dengan suku bunga deposit facility naik menjadi 3,5% dan suku bunga lending facility menjadi 5%.

Keputusan ini ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur BI Edisi Bulan September 2022, Kamis (22/9/2022). RDG digelar dalam dua hari untuk menentukan arah suku bunga dan kebijakan moneter bank sentral.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, semuanya kompak memperkirakan kubu MH Thamrin akan menaikkan suku bunga acuan.

Sebanyak 12 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,00% sementara dua lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,25%.

Sebagai catatan, BI secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada Agustus 2022 lalu. Kenaikan tersebut adalah yang pertama sejak November 2018 atau dalam 44 bulan.

Ekonom DBS Radhika Rao juga mengatakan BI perlu menaikkan suku bunga untuk menjaga ekspektasi inflasi. Ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat setelah pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi pada 2 September lalu.

Inflasi umum Indonesia menembus 4,64% (year on year/yoy) sementara inflasi inti tercatat 3,04% (yoy). Inflasi inti (yoy) adalah yang tertinggi sejak November 2019 (3,08%).

"Concern terbesar saat ini adalah dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM ke inflasi. Kenaikan suku bunga lebih untuk menjaga ekspektasi inflasi dalam negeri dan bukan hanya untuk mengikuti tren kenaikan suku bunga global," tutur Radhika dalam laporannya Macro Insights Weekly: Can the global Economy Handle Positive Real Rates?.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ramal Ekonomi RI Tumbuh 4,5-5,3% di 2023, BI: Bias ke Atas!


(cha/cha)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading