RI Harus Waspada! Ada Risiko Pelemahan Ekonomi di 2023

News - Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
06 February 2023 21:49
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto Memberikan Keterangan Pers di Istana Merdeka, 21 Desember 2022. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden) Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto Memberikan Keterangan Pers di Istana Merdeka, 21 Desember 2022. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan dihadapkan pada tantangan yang berat, meskipun pada 2022 pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kumulatif bisa melesat hingga 5,3% secara year on year (yoy).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, tantangan berat itu berasal dari faktor eksternal seperti menurunnya pertumbuhan ekonomi global akibat konflik geopolitik, sehingga menyebabkan permintaan terhadap ekspor Indonesia diperkirakan melemah.

"Pemerintah terus waspada dan antisipatif dengan kondisi perlambatan ekonomi global yang terus menurunkan tingkat permintaan," kata Airlangga saat konferensi pers secara virtual, Senin (6/2/2023).

Kendati begitu, ia menekankan, dari sisi harga-harga komoditas tidak akan anjlok secara mendalam di tengah melemahnya permintaan global. Terutama disebabkan faktor cuaca yang juga menentukan beberapa harga komoditas andalan ekspor Indonesia tidak seburuk yang diperkirakan.

"Tentu kita melihat bahwa pada musim dingin ini ternyata cuacanya tidak ekstrim, artinya yang dikhawatirkan terjadi kenaikan dari harga energi tidak setinggi yang diperkirakan sehingga relatif harganya lebih stabil," tutur Airlangga.

Dari sisi harga-harga komoditas yang diperkirakan melandai, seperti minyak mentah kelapa sawit, menurun Airlangga tidak akan jatuh dalam hingga ke dalam kisaran harga normal. Sebab, gap antara pasokan dan permintaan global di sektor itu masih tinggi akibat konflik geopolitik.

"Melandainya itu tidak dalam situasi dalam tanda petik normal, masih melandai relatif tinggi, kita lihat harga copper and gold sudah naik 1.900 per troy ounce, jadi sampai 6 bulan ke depan harga komoditas belum normal seperti sebelum Pandemi Covid," kata dia.

"Supply and demand masih dalam tanda petik masih shortage termasuk harga gas tidak ada pengganti harga energi yang bisa plug in secara cepat," tuturnya.

Oleh sebab itu, ia meyakini, pertumbuhan ekonomi 2023 masih akan dibantu oleh berkah harga-harga komoditas yang membuat pertumbuhan ekonomi 2022 tertinggi sepanjang sejarah masa pemerintahan Presiden Joko Widodo sebesar 5,31%. Meski besarannya tidak setinggi pada tahun itu yang membuat ekspor Indonesia tumbuh 14,93%.

"Karena itu beberapa komoditas dengan geopolitik belum selesai maka terkait supply grain maupun supply fertilizer dari Rusia belum akan masuk ke pasar global. Dengan situasi seperti ini Indonesia masih optimistis bahwa harga komoditas masih membantu walau tidak setinggi di periode 2023 kemarin," tuturnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Menko Airlangga Buka-bukaan Situasi Ekonomi RI Terkini


(haa/haa)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading