RI Bakal Bikin Pabrik Panel Surya Pertama Buat Atasi Ketergantungan dengan China

23 Februari 2023 18:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampilan panel surya di pembangkit listrik fotovoltaik Cambrai-Niergnies di Cambrai, Prancis, 14 Februari 2023. Foto: Pascal Rossignol/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Tampilan panel surya di pembangkit listrik fotovoltaik Cambrai-Niergnies di Cambrai, Prancis, 14 Februari 2023. Foto: Pascal Rossignol/REUTERS
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto, mengungkapkan Indonesia akan membangun pabrik panel surya pertama di tanah air untuk menyerap produksi pasir silika.
ADVERTISEMENT
Djoko menuturkan, selama ini Indonesia terlalu bergantung pada impor komponen panel surya dari China. Berdasarkan uji kelayakan (feasibility study), untuk membangun pabrik ini membutuhkan dana Rp 4 triliun.
"Kita meminta dana Rp 4 triliun untuk membangun sendiri produksi sel surya, selama ini kita impor dari China karena mereka itu pabriknya sudah besar, kita ekspor bahan baku pasir silika ke sana," jelasnya saat Energy & Mining Outlook 2023, Kamis (23/2).
Imbas dari impor tersebut, dia mengungkap Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) produksi panel surya belum bisa mencapai 50 persen. Dia pun menyebut ada 4 perusahaan yang akan bekerja sama untuk membangun pabrik ini.
Ditemui usai acara, Djoko menuturkan perusahaan yang sudah bekerja sama yakni PT Len Industri (Persero), PT PLN Indonesia Power (Persero), dan PT Agra Surya Energi. Dia juga berencana akan mengajak PT Pertamina (Persero) untuk ikut serta dalam kerja sama ini.
ADVERTISEMENT
Pihaknya juga akan menindaklanjuti PT Mirah Ganal Energi yang akan menyiapkan pertambangan pasir silika di sekitar Pulau Bangka dengan dana USD 2 miliar, sementara pabriknya akan dibangun di Batam.
"BUMN kan tidak bisa sendiri, harus koordinasi. Nanti kalau ini mau nambah lagi dari PT Ganal dan HIPMI akan lebih kuat lagi. Ini baru 3 konsorsium LEN, Indonesia Power, dan PT Agra untuk membangun pabriknya," jelas Djoko.
Djoko menuturkan, selama ini Indonesia hanya memiliki pabrik instalasi atau assembling panel surya. Masalahnya, para pemenang tender masih lebih suka mengimpor komponen-komponen dari China.
"Yang penting harganya saja, karena masalahnya kita bikin pabrik terus harganya lebih mahal dari China, mereka akan impor lagi dari China karena untungnya dari solar panel itu tipis ya," tutur dia.
ADVERTISEMENT
"Sehingga para pemenang tender untuk pemasangan solar panel ini lebih senang impor. Tapi kalau pemerintah memproteksi, artinya wajib membeli produk dalam negeri maka itu akan membantu, pabrik-pabrik akan dibangun di sini," pungkas Djoko.