Rupiah Diramal ke Rp 16.000/US$ Bisa Jadi Terburuk di Asia!

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 November 2022 09:17
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah membuka perdagangan Rabu (20/11/2022) dengan menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah sebelumnya mencatat pelemahan 3 hari beruntun.

Melansir Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 15.720/US$, menguat 0,13% di pasar spot. Apresiasi sempat bertambah ke Rp 15.680/US$, tetapi berbalik stagnan di Rp 15.740/US$ pada pukul 9:05 WIB.

Perhatian hari ini tertuju pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI). Pertemuan yang dihadiri ratusan bankir dan pelaku industri keuangan tersebut memiliki dua agenda penting yakni mendengarkan pidato Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, dan Gubernur BI Perry Warjiyo.

Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro bahwa PTBI akan membahas 3 poin yang krusial untuk dicermati oleh investor

Memastikan bahwa pemerintah akan selalu berada di pasar dan mencegah risiko eksternal berdampak besar ke Indonesia

Memastikan policy coordination antara pemerintah, BI, dan OJK, terutama untuk menjaga daya beli masyarakat

Memastikan bahwa pemerintah akan selalu berkomitmen untuk mendorong investasi masuk ke Tanah Air karena investasi merupakan major engine untuk mencegah penurunan ekonomi Indonesia.

Risiko eksternal salah satunya tekanan bagi rupiah. Terpuruknya nilai tukar rupiah bisa memberikan dampak besar, mulai dari risiko kenaikan inflasi, membengkaknya beban impor migas, hingga beban utang dalam pemerintah dan korporasi dalam bentuk dolar AS.

Sepanjang tahun ini (year to date/ytd) rupiah tercatat melemah lebih dari 9%, kini menjadi salah satu yang terburuk di Asia. Padahal, pada September lalu pelemahan rupiah menjadi salah satu yang terendah, hanya kalah dari dolar Singapura.

Pelemahan rupiah kini lebih besar dari baht Thailand dan ringgit Malaysia yang melemah masing-masing 7% sepanjang tahun ini. Bahkan masih lebih buruk dari rupee India yang melemah 8,8%.

Selisihnya dengan yuan China juga tidak terlalu besar, sehingga jika terus melemah rupiah berisiko menjadi salah satu yang terburuk di Asia.

Mata Uang Tanah Air diprediksikan akan menutup tahun di kisaran Rp 15.500- 16.000/US$.Perkiraan ini dipaparkan oleh Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual saat dihubungi CNBC Indonesia pada Selasa (29/11/2022). Menurutnya, nilai tukar rupiah masih undervalued dan dia menilai sulit untuk mengharapkan penguatan rupiah dalam sisa tahun ini.

"Memang agak susah rupiah menguat secara fundamental karena tekanan kebijakan moneter the Fed," ujar David.

Selain tekanan the Fed, dia melihat permintaan dolar AS masih besar di akhir tahun ini. Tingginya permintaan ini dipicu oleh kenaikan impor barang konsumsi dan kebutuhan dolar dari masyarakat yang berwisata ke luar negeri di akhir tahun.

Namun, dia mengingatkan bahwa secara volatilitas, nilai tukar rupiah termasuk yang paling rendah dibandingkan emerging market atau negara berkembang lainnya.

"Jangan dilihat levelnya, Rp16.000 itu 1% atau 2% (dari level saat ini, Rp 15.700). Paling penting bagi pengusaha itu volatilitasnya," paparnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Tak Terkesan Dengan Pertumbuhan Ekonomi RI, Rupiah Jeblok 1%!


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading